Selasa, 21 Desember 2010

Alasan

Ada sedikitnya tiga alasan mengapa kita perlu mengaktifkan jaringan kerja yang sudah kita miliki.

Pertama, semakin bertambahnya jenis, bentuk dan model peluang yang bisa kita garap dari pekerjaan kita hari ini. Sering sekali terjadi, peluang yang beragam dan yang cocok dengan kita itu datangnya ke kita melalui pintu orang lain yang sudah kita kenal. Semakin banyakorang yang kita kenal, semakin banyak informasi peluang yang bias kita garap.

Kedua, semakin lemahnya jaminan keamanan yang bisa kita dapatkan dari perusahaan atau orang lain. Merah-putihnya karir kita akan lebih banyak ditentukan oleh kita (keahlian, kecakapan atau
kelihaian kita). Perusahaan tempat kita kerja saat ini bisa ambruk bukan semata-mata oleh kesalahan manajemen melainkan bisa juga karena pengaruh perubahan global yang di luar kontrol siapapun.
Meskipun kita dan perusahaan tempat kita bekerja tidak menginginkan, tetapi kalau perubahan global berkata lain, apa boleh buat. Kira-kira inilah gambarannya. Semakin banyak orang yang kita kenal, semakin banyak sumber keamanan yang bisa kita dapatkan.

Ketiga, membuka diri. Untuk kepentingan perbaikan-diri, kita perlu membuka diri kita. Melihat orang lain yang lebih bagus, selama itu kita lakukan dalam rangka memperbaiki, ia akan mewahyukan sesuatu kepada kita. Melihat orang lain yang lebih buruk, selama itu kita saksikan dalam rangka memperbaiki, ia akan mewahyukan sesuatu kepada kita. Semakin banyak orang yang kita lihat, semakin banyaklah pelajaran yang bisa kita serap.

Masalah

Beberapa masalah yang terkadang menghambat upaya kita dalam mengaktifkan jaringan atau hubungan itu, kira-kira bisa dijelaskan sebagai berikut:

1. Tanpa tindak lanjut.

Banyak sudah orang yang tahu kita melalui kartu nama yang pernah kita berikan. Banyak sudah kita mengetahui orang lain melalui kartu nama yang kita terima dalam berbagai perjumpaan atau pertemuan. Kartu nama, nomor telepon atau media lain yang seperti itu seolah-olah sudah menjadi tradisi yang secara rutin kita lakukan.

Tetapi, cukupkah kartu nama ini kita jadikan andalan? Meskipun ini penting tetapi prakteknya seringkali mengatakan belum cukup. Peranan
dan fungsi kartu nama bisa dikatakan hanya sebagai syarat pembuka.
Menurut Teori Hubungan (Relationship theory), jaringan kerja itu
akan bekerja kalau kita mengetahui orang yang mengetahui kita. Know
who knows. Maksud mengetahui kita di sini adalah mengetahui apa yang
kita bisa, mengetahui apa yang kita ahli di dalamnya, atau
gampangnya, mengetahui bidang kita.

Dengan kata lain, kalau kita berhenti hanya pada menyebarkan kartu
nama kepada orang lain atau mengumpulkan kartu nama orang lain, maka
sebanyak apapun kartu itu kita luncurkan, sepertinya jaringan kerja
kita belum bisa memberikan manfaat (bekerja) sesuai dengan yang kita
inginkan. Karena itu butuh usaha ekstra untuk membuat orang lain
mengetahui dengan baik tentang apa yang kita tahu secara baik.

Dengan bahasa yang berbeda, Aman Motwane, penulis buku "The power
of wisdom (2002) menyarankan agar kita bisa mengubah status hubungan
dari "connecting to" ke "connecting with". Connecting with adalah
istilah yang digunakan untuk menggambarkan intensitas hubungan yang
tidak asal kenal atau asal dikenal melainkan sama-sama mengenal,
sama-sama tahu, atau pendeknya sebuah hubungan yang lebih mendalam.
Pola hubungan seperti inilah yang mestinya perlu kita ciptakan dalam
proses usaha kita dalam mengaktifkan jaringan.

2. Tanpa seleksi

Semua orang yang kita kenal memang penting artinya bagi kita tetapi
ketika ini kita bawa ke pembahasan tentang jaringan kerja yang
bekerja, tentulah harus ada seleksi mana yang penting dan mana yang
belum (bukan Tidak) penting untuk kepentingan kita pada hari ini.
Terkadang orang tertentu akan cocok untuk urusan tertentu dan tidak
cocok untuk urusan yang lain. Karena itulah seleksi tentang orang
dibutuhkan.

Ketika sistem seleksi kita terlalu longgar, biasanya ini kerap
menimbulkan apa yang kita sebut distraksi (virus yang sering
mencabut konsentrasi kita terhadap hal yang penting untuk kita).
Begitu kita sudah terkena virus distraksi ini, banyak hal yang
penting tetapi kita terlantarkan, tidak tertangani oleh kita atau
juga terganggu penanganannya. Sebaliknya banyak hal yang tidak
penting tetapi mendapatkan perhatian yang porsinya besar sekali dari
kita. Yang penting kita abaikan tetapi yang tidak penting kita
perhatikan.

Jadi, maksud kita membuat seleksi tentang orang bukanlah untuk
membeda-bedakan dalam pengertian menghina atau merendahkan
(humiliate others) melainkan untuk kepentingan fokus, berpusat dan
berkiblat hanya pada tujuan yang kita inginkan. Ajaran Tao
berpesan, ketika kita sudah sanggup berpusat (centered), maka yang
muncul dari diri kita adalah keteraturan (order), sedikit hal yang
kita kerjakan tetapi banyak hal yang kita dapatkan (berkualitas),
atau bekerja dengan kecerdasan (smart work).

3. Tanpa peningkatan

Mungkin tidak sedikit dari kita yang mengenal (tahu) para pembesar
perusahaan, mengenal pejabat papan atas dari kalangan militer, tokoh
masyarakat atau partai politik dan lain-lain. Usaha kita untuk
menambah jumlah orang yang kita kenal atau menambah jumlah orang
yang mengenal kita secara umum bisa dikatakan baik dan bagus. Tetapi
ketika ini kita bawa ke urusan jaringan dan hubungan kerja yang
bekerja (aktif), seringkali prakteknya mengatakan masih belum cukup

Pasalnya, pada tingkat praktek yang spesifik, aktifnya hubungan
kerjasama kita dengan pihak lain juga tidak bisa dilepaskan dari
keberhasilan kita dalam menilai, menggunakan dan membuktikan
kemampuan, keahlian dan kapasitas kita. Meskipun yang kita kenal
adalah kalangan pembesar yang menawarkan peluang-peluang besar
tetapi kalau kemampuan dan keahlian kita tidak pernah kita perbesar,
ya kemungkinan besar tak banyak hal besar yang bisa kita tangani.

Karena itu, seiring dengan jumlah orang yang kita kenal, kita pun
perlu meningkatkan / menambah jumlah dan bobot kapasitas kita
(menaikkan ukuran). Bertambahnya orang yang kita kenal tanpa
diiringi dengan usaha kita dalam menambah / menaikkan kapasitas kita
justru kerapkali malah menjadi masalah yang menghambat aktifnya
hubungan kerjasama kita. Menurut petunjuk Hukum Asosiasi yang
bekerja di dunia ini, biasanya kita akan mengenal orang yang lebih
bagus kalau kita lebih dulu memperbagus diri kita. Biasanya, kita
akan mengenal orang yang lebih atas di bidang kita kalau kita
berusaha lebih dulu menaikkan kapasitas kita.

Pembelajaran

Pasti tidak ada orang yang berani mengatakan bahwa mengaktifkan
jalinan dan jaringan yang ada dan yang sudah kita miliki itu mudah.
Meskipun begitu, karena ini toh pada akhirnya tetap harus kita
lakukan, maka tidak ada cara lain selain harus berusaha melalui
pembelajaran (mengubah ketidakmampuan menjadi kemampuan sesuai
dengan keadaan-diri kita) Sebagian dari sekian jurus pembelajaran
yang bisa kita lakukan adalah pilihan berikut ini:

1. Menaikkan kemampuan ber-empati

Menurut pengertian yang sudah lazim digunakan, empati adalah
kemampuan kita dalam menyelami perasaan orang lain tanpa harus
tenggelam di dalamnya. Empati adalah kemampuan kita dalam
mendengarkan perasaan orang lain tanpa harus larut. Empati adalah
kemampuan kita dalam meresponi keinginan orang lain yang tak
terucap. Kemampuan ini dipandang sebagai kunci menaikkan intensitas
dan kedalaman hubungan kita dengan orang lain (connecting with).

Bagaimana cara menaikkannya? Menurut nasehat Daniel Goleman,
kemampuan ini bisa kita naikkan melalui praktek berikut:

Cepat menangkap isi perasaan dan pikiran orang lain (understanding
others).

Memberikan pelayanan yang dibutuhkan orang lain. Member, bukan
mengambil (Service Orientation), apalagi memanipulasi.

Memberikan masukan-masukan positif atau membangun orang lain
(developing others)

Mengambil manfaat dari perbedaan, bukan menciptakan konflik dari
perbedaan (leveraging diversity)

Memahami aturan main yang tertulis atau yang tidak tertulis dalam
hubungan kita dengan orang lain (Political awareness).

Belajar menaikkan kemampuan kita dalam ber-empati ini merupakan
kunci hubungan. Menurut Peter Drucker, kunci kelancaran komunikasi
adalah belajar menangkap apa yang tak terucap (unspoken). Dalam
konteks bisnis (business of selling), Alf Cattle malah
mengatakan: "Relationship is product"

2. Menaikkan kemampuan dalam menggunakan alat seleksi
Satu dari sekian alat seleksi yang sudah disediakan Tuhan dan
gratis kita gunakan sekehendak kita adalah ungkapan YA dan TIDAK
yang keluar dari ucapan kita dalam meresponi ajakan atau tawaran
orang lain yang kita kenal. Alat seleksi ini, apabila kita tepat
menggunakannya bisa menyelamatkan kita dari distraksi.

A.P. Goethe mengatakan: "Ada tiga strategi untuk meraih
kesuksesan: 1) ketahuilah apa yang harus dibuang; 2) apa yang harus
dipertahankan; 3) ketahuilah kapan harus mengatakan TIDAK. Membangun
kemampuan dalam mengatakan TIDAK akan memberikan kapasitas kepada
kita dalam mengatakan YA

Semua orang pasti bisa mengucapkan kata YA atau TIDAK tetapi untuk
mengatakan YA atau TIDAK yang dapat mengharmoniskan dan mengaktifkan
hubungan kita dengan orang lain, memang perlu diasah, perlu belajar
karena semua manusia tidak dibekali kemampuan mengatakan YA dan
Tidak secara polite (sopan) tetapi firm (kuat). Tidak ada panduan
yang pantas disebut "The playing-book" (panduan yang pasti menjamin
keberhasilan langsung dan cospleng) tetapi kita bisa belajar dari
praktek hidup sehari-hari, entah dari kita atau dari orang lain yang
kita lihat.

Umumnya, orang yang secara pengetahuan, pengalaman, keahlian atau
derajat hidup lebih bagus dari kita memiliki kemampuan di bidang ini
yang lebih bagus pula. Nah, Kita bisa belajar dari mereka sebanyak
mungkin dan sekehendak kita, terutama untuk mengetahui bagaimana,
kapan dan kepada siapa kata Ya dan Tidak itu kita ucapkan.

3. Mengasah gergaji milik kita
Keahlian yang kita kuasai ibarat gergaji bagi kita. Mengasah
gergaji oleh Covey dikatakan sebagai pilar terciptanya kebiasaan
efektif dalam hidup kita. Tanpa keahlian, sulit kita menggunakan
sumberdaya, potensi dan peluang yang muncul. Teori peperangan
mengatakan: "Tanpa keahlian akan membuat kekuatan kita tidak bisa
ditembakkan (executed)", alias mandul.

Sekedar sebagai tambahan, tiga hal yang penting untuk kita
perhatikan dalam mengasah gergaji milik kita adalah berikut:
Pilihlan jenis keahlian tertentu (spesifik) yang cocok dengan
keunggulan dasariyah, bakat atau kecerdasan (intelligence) kita.
Pilihan yang tepat akan dapat mempercepat.

Asahlah secara terukur dan teratur. Keahlian itu kalau tidak pernah
kita naikkan, ia akan statis. Tetapi kalau kita naikkan sembarangan
(hanya berdasarkan mood sesaat), ia cenderung tak teratur.

Yakni ada banyak cara dan metode yang bisa kita gunakan untuk
mengasah gergaji kita. bila satu pintu tertutup, berarti ini
pertanda ada pintu lain sudah terbuka untuk kita.

Selamat mengaktifkan.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXmTPfXH0UEPGeoEUTTXOEYShQYsD10BmgN62oQjIOijgS3qpnDRtvqAww7ktFFk5X9gbYO8anioowSpV5ae4BoG_2yx1ESMRDQM5K4DPutYLGFbzzlW_3oEM5Ddbt-u4LTFc42-_4U9_x/s1600-h/planet_07.png
Free Sparkle Yellow - Precision Select MySpace Cursors at www.totallyfreecursors.com